Mengenalkan Konsep Meninggal ke Anak

Beberapa bulan belakangan, Ibu saya, Utinya Runi bolak balik Jakarta – Sragen – Jakarta karena keadaan Uyutnya Runi yang sakit. Kebetulan Runi masih ada 3 Uyut putri dan kedua uyutnya sudah mulai sakit-sakitan.

Akhirnya pada tgl 23 April 2019 kemarin kami dapat kabar kalau Uyut dari pihak Akung Runi meninggal. Maka berangkatlah Uti dan Akungnya ke Sragen untuk mengurus pemakaman Uyut di sana.

Saat itu muncullah pertanyaan dari Runi. Uti sama Akung mau ke mana? Uyut kok meninggal? Meninggal itu apa? Kenapa dikubur? Kuburan itu apa? dan beberapa pertanyaan tentang kematian.

Setelah membaca beberapa referensi, akhirnya ada beberapa hal yang kami praktekkan ke Runi untuk memenuhi pertanyaannya. Tapi yang paling penting itu adalah kita harus jelaskan tentang meninggal itu dengan sejujur-jujurnya kepada anak agar anak tidak salah paham tentang konsep meninggal ke depannya.

Jadi untuk konsep “tidur selamanya” atau “pergi” untuk meninggal yang kadang sering dijelaskan kepada anak, malah akan membuat anak bingung dan malah akan menimbulkan pertanyaan: kapan bangunnya? Kapan kembalinya? Atau yang lebih mengkhawatirkan saat si anak malah takut untuk tidur karena dengan tidur maka dia bisa meninggal jika kita menjelaskan bahwa kematian itu sama dengan tidur. Hal ini malah akan menimbulkan masalah baru.

Ada beberapa pertanyaan yang ditanyakan Runi. Apa itu?

Apa itu meninggal?

Kami berusaha menjelaskan konsep meninggal sesederhana mungkin: Meninggal itu sudah tidak bernafas, tidak bisa bergerak, tidak bisa makan. Kami berikan gambaran ikan peliharaan Runi (yang hanya dipelihara 1 hari) yang mati.

Kenapa orang meninggal? 

Pertanyaan ini yang selalu ditanyakan berulang kali oleh Runi. Kenapa uyut meninggal? Aku kan sayang uyut, katanya. Kami jelaskan bahwa setiap orang itu pasti meninggal dan untuk kasus kali ini uyutnya meninggal karena sakit.

Kami jelaskan juga jika sudah meninggal, proses berikutnya dikubur di tanah dan kemarin ini Runi bertanya kenapa dikubur? Cukup lama saya berpikir untuk jawaban pertanyaan ini, sampai akhirnya saya katakan bahwa orang yang sudah meninggal harus dikubur karena itu tempat istirahat terakhir dan nantinya orang yang dikubur akan menjadi tanah. Beruntung Runi tidak kembali bertanya kenapa jadi tanah. Saya sepertinya harus kembali mencari jawaban untuk pertanyaan ini. Ada yang sudah punya jawabannya?

Setelah menjelaskan konsep meninggal ini ke Runi, dia sepertinya paham. Sampai dia bilang begini, “Aku sayang Uyut. AKu sayang Ibu sama Ayah. Ibu sama Ayah jangan meninggal ya.” Kok ya rasanya jantung ini langsung DEG. Langsung tersadar juga kalau kami juga pasti akan meninggalkan dunia ini.

Akhirnya saya peluk Runi dan saya bilang ke dia, “Semua orang pasti meninggal. Ibu sama Ayah juga. Runi boleh sedih, tapi jangan lama-lama. Kalau ada yang meninggal, Runi berdo’a ke Allah. Runi baca Al Fatihah setiap hari sama Allah.” setelah itu kami berdua pun membaca Surat Al Fatihah.

Alhamdulillah saat ini Runi sudah bisa menerima konsep meninggal. Paling kadang dia suka nunjuk-nunjuk foto pernikahan saya bersama uyut-uyut dan orangtua kami, lalu bilang “Aruni sayang uyut Aruni.” dan saat itu kami langsung membaca Al Fatihah.

Ada beberapa hal lain yang bisa digunakan untuk mengenalkan konsep meninggal ke anak. Contohnya dengan membacakan buku cerita yang ada tentang kematian, seperti di buku Kado Yang Menakjubkan terbitan @Rabbitholeid atau lewat film kartun seperti Coco yang menjelaskan tentang Neneknya yang sudah meninggal. Ada banyak sekali cara untuk mengenalkan konsep kematian kepada anak-anak.

Ada yang punya cara lain untuk mengenalkan konsep kematian kepada anak? Boleh dishare di sini ya 🙂

Leave a comment